kunjungi agen bola terpercaya
Cooper, seorang pria yang berhasil membayar tagihan rumah miliaran rupiah hanya dalam waktu tiga tahun. Ia bekerja sebagai penulis keuangan dan konsultan pensiunan, dan membeli rumah seharga US$ 425.000 (berkisar Rp 6 miliar) di Toronto, Kanada tahun 2012 lalu. Semenjak itu, pria tersebut menjalani hidup dengan super irit.
Ia memulai dengan melakukan tiga pekerjaan sekaligus, sebagai sampingan pekerjaannya sebagai analis pensiunan.
Total dalam seminggu ia bekerja 100 jam. Cooper tetap menulis artikel finansial pada waktu luangnya, bekerja di supermarket bagian penjualan daging -- meski ia seorang vegetarian -- dengan bayaran US$ 13 per jam.
"Itu bukan pekerjaan yang sangat menyenangkan, namun sangat membantu untuk membayar cicilan rumah. Jadi, saya tak punya alasan mengeluh," ucapnya dikutip dari Oddity Central, Rabu (9/12/2015).
"Untuk sebagian besar orang, cicilan rumah merupakan 'hukuman seumur hidup'. Saya tidak ingin dihantui dengan cicilan rumah selama 30 tahun mendatang."
Usaha Cooper mengumpulkan uang tak hanya lewat pekerjaan tambahan. Ia juga hidup super-irit. Caranya, dengan berhenti menggunakan mobil, dan mulai mengayuh sepeda ke mana-mana. Hemat sekaligus sehat!
Akibatnya, dalam setahun ia menghemat bensin hingga US$ 10.000 atau Rp 130 juta.
Cooper pun menyingkir ke ruang bawah tanah rumahnya. Ia hidup di sana, sembari menyewakan sebagian kediamannya demi pendapatan tambahan.
Selama tiga tahun, ia tak pernah makan di luar, pergi menonton film, meluangkan waktu bersama teman-temannya ataupun berlibur.
"Paket makan malam Kraft sudah jadi sahabat saya selama tiga tahun terakhir," ungkapnya bangga.
"Pada akhir pekan dan malam hari saya bekerja menulis freelance, sementara orang-orang bersenang-senang, saya di dalam rumah, menulis di depan komputer."
Semua kerja kerasnya terbayarkan. Ia mampu menghemat US$ 100.000 per tahun atau 1 miliar, yang sebagian besar digunakannya untuk membayar cicilan. Ia juga bebas dari hutang dalam jangka waktu 3 tahun 2 bulan.
Usaha dan keteguhan hati Cooper memang mengagumkan. Namun, ia dianggap 'melanggar' norma kesehatan dan sosial.
Apa mau dikata, ia tak punya pilihan lain. Cooper trauma mengingat apa yang terjadi di masa lalu, kala ia menyaksikan ibunya hampir kehilangan rumah, akibat menganggur pada masa dot-com crash-- krisis ekonomi pada awal tahun 2000-an.
"Saya tidak ingin berada di situasi serupa. Saya sudah melihat dampaknya pada ibu saya."
"Sebagian besar orang yang mendengarnya, mengira saya sudah gila atau terlalu ambisius," ungkap Cooper.
Gara-gara gaya hidup 'super irit' Cooper kerap dikritik melalui internet. Seperti komentar seorang pengunjung situs saat kisah hidupnya dituturkan dalam akun Facebook milik CBS News: "warga yang kerja gila-gilaan, hidup di gubuk derita, dan menghindari hubungan antar manusia selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa ini menjadi kisah inspirasi?"
Pengunjung lainnya menyidir, "Mengherankan beberapa pekerjaan sekaligus, jangan berkeluarga, makan hanya nasi dan pasta, dan niscaya Anda akan menggapai mimpi-mimpi."
Namun, mereka yang mengalami nasib seperti Cooper, mengagumi pencapaiannya.
"Saya tak mengerti bagaimana ia bisa melakukannya," ungkap Eunice Huot, yang memiliki tagihan sebesar US$ 350.000 atau sekitar Rp 4 miliar. "Saya sudah mencoba menyelamatkan finansial saya dengan mencari jalan, dengan melakukan hal yang serupa, namun pada kenyataannya saya tidak sanggup."
"Menurut saya itu mengagumkan," tambah seorang teman, Norah Isbister. "Saya tak bisa membayangkan untuk hidup irit seperti itu."
Apapun kata orang, Cooper menjadi 'pemenangnya'. Ia merayakan pencapaiannya itu dengan membakar kertas tagihan dikelilingi kerumunan orang di depan sebuah restoran di Toronto.
"Kini saya akan menikmati semua kesenangan yang selama ini tak bisa saya nikmati," ungkapnya.
Sebagai permulaan, ia telah berhenti bekerja di supermarket. Cooper juga akan segera pindah dari ruang bawah tanah ke bagian atas rumah setelah menemukan istri
ConversionConversion EmoticonEmoticon